Selasa, 13 Februari 2018

Demo Sopir Truk Bubar, Arus Lalin Magelang-Yogya Kembali Normal




Magelang - Arus lalu lintas Magelang-Yogyakarta, tepatnya di simpang tiga Blondo, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang kembali normal seperti biasa. Massa sopir truk yang sempat turun ke jalan dan menutup arus kendaraan telah membubarkan diri.

"Sudah, sudah lancar seperti biasa. Kendaraan dari arah Yogyakarta menuju Magelang dan sebaliknya sudah tidak lagi terkendala," jelas Kapolres Magelang, AKBP Hari Purnomo, kepada detikcom, Kamis (8/2/2018).

Wakapolres Magelang, Kompol Dex Emanuelle Samson Manuputty menambahkan, arus lalu lintas sempat dialihkan selama dua jam.

"Meskipun demikian, aksi truk pasir yang mogok ini tidak sampai mengakibatkan ada laporan masyarakat yang merasa terganggu," ungkap Dex.

Selama aksi demo yang dilakukan oleh para sopir truk pasir tersebut, Polres Magelang mengerahkan sedikitnya 500 personel untuk pengamanan. Mereka disebar di sejumlah titik, mulai dari tempat massa berkumpul, di Tempat Pembayaran Retribusi (TPR), Muntilan, kompleks Pemkab Magelang, dan simpang Blondo Mungkid.

"Kita juga dibantu aparat samping. Di antaranya 4 pleton dari TNI, 1 pleton Satpol PP, dan lainnya," imbuh Dex.

Sementara itu, Bupati Magelang, Zaenal Arifin sempat menemui langsung massa yang berunjuk rasa menolak kenaikan penarikan pajak bahan galian.

Setelah mendengarkan aspirasi yang disampaikan oleh perwakilan sopir truk, Zaenal mengeluarkan beberapa poin keputusan.

"Keputusan pelaksanaan SK Gubernur Jawa Tengah tentang kenaikan pajak baru pengambilan pasir dan batu ditunda. Penundaan ini terkait beberapa alasan, di antaranya daya beli masyarakat saat ini masih rendah (musim penghujan), di sisi lain aspek sosial masyarakat (pelaku penambangan) belum siap," jelas Zaenal.

Keputusan tersebut disambut baik oleh para sopir truk yang kemudian membubarkan diri secara tertib. Baik dari kompleks Pemkab Magelang maupun dari ruas-ruas jalan utama. 

detiknews.com

Minggu, 04 Februari 2018

Protes Tambang Pasir, Warga Lereng Merapi Geruduk Balai Desa

Sleman - Warga Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman menggeruduk kantor balai desa setempat. Warga mempertanyakan aktivitas tambang pasir yang berada di kawasan Gumuk Pusung, di dasar hulu Kali Krasak desa setempat. 

"Kita belum mengetahui apakah penambangan ini sudah berizin atau belum. Bu Camat dulu melarang adanya aktivitas penambangan di Kecamatan Turi, warga sejak awal juga menolak penambangan," kata perwakilan warga, Supriyono (52), ditemui di kantor Balai Desa Wonokerto, Rabu (24/1/2018).

Aktivitas tambang pasir oleh perusahaan yang belum diketahui identitasnya ini dikhawatirkan warga bisa memicu kerusakan sumber air tak jauh dari lokasi penambangan. Tak hanya itu, warga juga khawatir tambang pasir merusak bendungan yang terpasang pipa instalasi air bersih warga Desa Wonokerto. Bendungan itu berada tepat di bawah bukti yang dikeruk pasirnya.

"Ada sumber air di sana, bendungan, pipa air, dipakai untuk kebutuhan air minum dan pengairan kebun salak warga Wonokerto," ujarnya. 

Diakuinya, warga mendatangi balai desa minta ketegasan dari kepala desa. Menurutnya, jika persoalan ini dibiarkan berlarut-larut, maka akan berdampak terhadap kebutuhan air bersih warga dan ribuan hektare lahan perkebunan salak. 

news.detik.com

Harga Pasir di Jogja Diputuskan Naik

SLEMAN–Harga tambang pasir galian C per rit mulai tahun ini mengalami kenaikan. Kenaikan harga tersebut didasarkan pada Keputusan Gubernur DIY No.11/KEP/2018 yang berlaku efektif per 1 Februari tahun ini.
Kenaikan harga pasir tersebut sempat dipertanyakan puluhan sopir truk pengangkut galian C di wilayah lereng Merapi. Jumat (2/2/2018) subuh, puluhan sopir truk menggelar aksi dengan memarkir truk di sepanjang jalan Dusun Batur, Kepuharjo, Cangkringan menuju Kali Gendol. “Ada sekitar 25 truk yang diparkir,” kata Kepala Desa Kepuharjo Heri Suprapto, Jumat (2/2/2018).
Selain mempertanyakan kenaikan harga, para sopir juga meminta agar ada kesamaan harga antara yang dinaikan oleh perusahaan dengan yang ditambang oleh warga. Sebab menurut mereka, harga masing-masing berbeda. Di dusun Jambu satu rit pasir dihargai Rp750.000 per rit sementara di lokasi lain Rp700.000 per rit.
Pemdes, kata Heri, menfasilitasi pertemuan dengan para sopir truk karena dinilai ada kesalahpahaman. Menurut Heri,  kenaikan harga pasir galian C sudah ditetapkan oleh Gubernur DIY. “Sesuai Kepgub No.11/KEP/2018 di mana aturan tersebut berlaku per 1 Februari 2018. Setelah saya beri pemahaman, kalau ini bukan aturan Perdes baru mereka memahami,” kata Heri.
Berdasarkan aturan baru tersebut, lanjut dia, harga satu rit pasir naik dari sebelumnya Rp750.000 (plus pajak) menjadi Rp800.000 (plus pajak). “Kenaikan pajaknya sekitar Rp70.000. Itu masih kalah jauh dibandingkan kenaikan di Klaten Rp125.000,” jelasnya.
Ketua Koperasi Penambangan Pasir Petruk, Sutopo mengakui adanya kenaikan harga pasir tersebut. Pihaknya tidak mempermasahkan kenaikan tarif sesuai ketentuan Keputusan Gubernur itu. Toh, sebagian dari pajak yang dibayarkan juga untuk memperbaiki jalan yang rusak. “Ketentuan baru itu tidak memberatkan. Kenaikan hanya Rp50.000 selain untuk kenaikan pajak sisanya di alokasikan untuk perawatan jalan. Ini sudah disepakati dengan para sopir truk,” ujarnya.

http://www.jatengpos.com

Jumat, 02 Februari 2018

Longsor Tewaskan Delapan Penambang Pasir di Lereng Merapi

Longsor Tewaskan Delapan Penambang Pasir di Lereng Merapi


Proses evakuasi korban longsor di lokasi penambangan galian pasir di kawasan pertambangan galian C di Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. (Dok. BNPB).


Longsor kembali terjadi di penambangan galian pasir di kawasan pertambangan galian C di Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (18/12) sekitar pukul 10.00 WIB.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, longsor menimbun 16 orang, 8 meninggal dan 8 sisanya luka-luka.

"Diperkirakan masih terdapat penambang yang tertimbun longsor, namun belum diketahui jumlahnya karena sejak awal tidak diketahui jumlah pasti berapa orang yang sedang menambang pasir dan batu pada saat itu," ujar Sutopo dalam keterangan tertulis, Senin (17/12).


Sutopo mengatakan, saat kejadian cuaca sedang bersahabat alias sedang tidak hujan. Para penambang pasir dan batu bekerja menggali tebing seperti biasa. Tiba-tiba terjadi longsor dan langsung menimbun para penambang yang sedang bekerja.

"Tebing lereng sungai yang curam hasil erupsi Gunung Merapi ditambang untuk diambil pasir dan batu. Kondisi lereng hampir tegak lurus sehingga mudah longsor," ujar Sutopo.

BPBD Kabupaten Magelang Bersama TNI, Polri, Basarnas, Damkar, relawan dan warga masih terus mengevakuasi korban. Alat berat dikerahkan untuk mencari korban lain.

Adapun kejadian ini bukan yang pertama kali terjadi di sini. Sebelumnya pernah terjadi beberapa kali longsor yang menimbun penambang pasir.

Meski kondisi tebing lereng yang ditambang hampir tegak lurus di kawasan pertambangan galian C ini membahayakan, namun aktivitas penambangan masih saja terus berlangsung. 

"Tentu sangat berbahaya, apalagi meningkatnya curah hujan akan makin mudah untuk terjadi longsor," kata Sutopo.




Proses evakuasi korban longsor di lokasi penambangan galian pasir di kawasan pertambangan galian C di Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. (Dok. BNPB).

Dari data yang dihimpun BNPB, Sutopo mencatat, empat dari delapan korban tewas sudah diketahui identitasnya. Sedangkan, empat lainnya masih dalam proses identifikasi.

"Empat korban (tewas) lain masih dalam proses identifikasi," ujar Sutopo.

Berikut identitas empat korban tewas yang sudah teridentifikasi:

1. Zaenudin (32), warga Dusun Kemburan, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang.
2. Iwan Dwi (34), warga Dusun Kemburan, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang.
3. Suparno, warga Dusun Dermo, Desa Bringin, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang.
4. Heri Setiawan, warga Dusun Kemburan, Desa Bringin, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang.

Sementara berikut identitas delapan korban selamat dan luka-luka:

1. Herman (27), warga Dusun Kudusan, Desa Tirto, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang.
2. Sukaedi (35), warga Dusun Kudusan, Desa Tirto, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang.
3. Nur Kholik (20), warga Dusun Kudusan, Desa Tirto, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang.
4. Harsoyo (30), warga Desa Ngeren, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang.
5. Asnawi (22), warga Desa Garungan, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang.
6. Samsuri (30), warga Dusun Jamblangan, Desa Bringin, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang.
7. Royani (30), warga Dusun Jamblangan, Desa Bringin, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang.
8. Suyatno (38), warga Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.




CNNIndonesia